Ogan Ilir
Pantang Menyerah, Pejuang Api Semangat Pakai Dexlite dan Pertamax Padamkan Karhutla
Cemas dan khawatir adalah rasa yang kerap menghantui pejuang api saat bertugas memadamkan kobaran api di wilayah kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ogan Ilir (OI), Provinsi Sumsel. Mata perih, sesak nafas, badan lecet dan bertemu hal yang tak mengenakkan adalah hal biasa yang kerap dilihat para pejuang api ini. Meski begitu senyum dan semangatnya tetap membara saat berkendara menggunakan dexlite dan pertamax untuk memadamkan api karhutlah
Bahkan merekapun dengan semangat membara menyemprotkan mesin pompa bertekanan tinggi berbahan bakar pertamax dan dexlite untuk memadamkan kobaran api dilahan yang terbakar. Bagi mereka menggunakan bahan bakar nonsubsidi lebih optimal hasil kerjanya dibandingkan menggunakan solar atau pertalite
Minggu (29/1) siang cuaca cukup terik, asappun masih menyelimuti Bumi Caram Seguguk, bahkan sebarannya sampai ke Palembang. Namun semangat sang pejuang api bernama Yudha (27) warga Kecamatan Tanjungraja tak luntur untuk memadamkan api akibat kebakaran lahan dan hutan (karhutlah) yang terjadi di Desa Tanjungbaru Kecamatan Inderalaya Utara.
Lelaki tangguh ini sudah lebih dari 7tahun mengabdikan diri di BPBD OI. Meski sesak nafas, mata pedih, badan lecet, kaki keseleo bahkan bertemu berbagai binatang seperti ular sawo, ular sanca, ular cobra, babi, kura-kura, monyet dan hantu adalah hal yang kerap terjadi saat dirinya bersama rekan kerjanya saat memadamkan api di lahan yang terbakar.
Dikatakannya ada 140 orang satgas BPBD OI yang bertugas untuk memadamkan api karhutlah, jumlah petugas tersebut dibagi 5 regu dan disebar di setiap kecamatan. Untuk peralatan terdapat mobil tanki air berbahan bakar dexlite sebanyak 2 unit tankinya bisa mengangkut 5000liter air, 1 unit mobil L300 berbahan bakar pertamax untuk membawa peralatan, 2 unit mobil rescue, mesin pompa pemadam bertekanan tinggi 5unit berbahan bakar pertamax, mesin sprayer juga berbahan bakar pertamax bisa menampung air 18liter, selain itu alat lain seperti sapu api, pompa manual 10 unit dan sebagainya
Satgas BPBD OI Yudha Ilham Pratama didampingi Andi Putra mengatakan terkadang saat akan memadamkan api, petugas kesulitan soal akses jalan yang susah ditempuh akibatnya kendaraan tidak bisa mendekat ke lokasi terjadinya kebakaran lahan, petugas berjalan kaki menggotong mesin untuk melakukan pemadaman api manual.
Disebutkannya bahwa kebakaran lahan terjadi sejak Februari 2023 namun jumlah titik api sangat kecil, puncak kebakaran dan kemarau terjadi Agustus, September, Oktober sampai pertengahan November. Rata-rata per hari terjadi kebakaran lahan 4-5titik hot spot pada puncaknya kemarin sampai 19titik hotspot. Karena tingginya hot spot pihaknya untuk memadamkan api dibantu Damkar OI, Manggala Agni, BPBD Sumsel,anggota TNI, anggota Polres OI, helikopter pemadam api dan relawan pemadam api.
Untuk luas lahan di OI yang terbakar yaitu lahan pertanian dan perkebunan lebih dari 500ha, di Kecamatan Inderalaya, Inderalaya Utara, Pemulutan, Pemulutan Barat, Rantau alay, Tanjungraja, Tanjungbatu, Muarakuang, Lubuk keliat.
"ya memang banyak lahan tidur dan perkubunan yang terbakar, tanahnya mineral dan gambut, sifatnya ekosistem rawa. Khususnya dominasi hotspot di lahan yang terbakar daerah Kecamatan Inderalaya Utara, Pemulutan dan Pemulutan abarat, bahkan banyak juga asap kiriman dari kabupaten tetangga,"kata Yudha kemarin
Ia juga menjelaskan bahwa bahan bakar yang digunakan untuk menunjang transportasi dan peralatan pemadaman api seperti untuk mobil tanki air dan mobil rescue yang dominan menggunakan dexlite, sementara untuk bahan bakar mesin pompa pemadam bertekanan tinggi, mesin sprayer berbahan bakar pertamax.
"Mesin kendaraan lebih baik menggunakan bahan bakar non subsidi, jadi kami dominansi pakai bahan bakar dexlite dan pertamax yang non subsidi. Sekarang jamannya move on dari bahan bakar bersubsidi menjadi bahan bakar non subsidi. Ini juga mendukung program pemerintah.Jika beban APBN berkurang untuk subsidi bahan bakar, otomatis uang belanja negara bisa digunakan untuk pemenuhan kesejahteraan masyarakat. Selain itu kandungan oktan di pertamax lebih tinggi, sementara untuk penggunaan mobil diesel memakai dexlite karena lebih nendang dibanding dengan solar, makin bagus untuk pembakaran mesin. Saat titik hot spot tertinggi perhari bisa membeli BBM hingga Rp500ribu, artinya dalam sebulan mencapai Rp15jutaan. Saat titik hot spot rendah hanya membeli BBM Rp200ribuan per hari. Sementara untuk perawatan kendaraan dilakukan sesering mungkin, dengan biaya Rp1,5juta per minggu
Kepala Pelaksana BPBD OI Edi Rahmat Msi didampingi Kasi Tanggap Darurat dan Logistik BPBD OI Rulian Topanda SH Msi dan Kasubag TU BPBD OI Yeni Purma mengatakan pekerjaan pejuang api sangat mulia. Meski bergaji minim mulai Rp750ribu - Rp2jutaan/bulan namun semangat mereka tak pernah surut untuk memadamkan api akibat kebakaran lahan.
"Selagi masih ada hotspot satgas terus terjun ke lapangan. Pekerjaan ini sangat mulia, membantu masyarakat apalagi kerab bertemu hal-hal gaib, petugas juga sering terkena gigitan tawon, bertemu ular sanca, kura kura, dan sebagainya. Kita ingin usaha pejuang api untuk memadamkan api karena karhutlah berjalan baik, tentunya harus didukung dengan bahan bakar non subsidi yang berkualitas untuk alat transportasi dan alat pemadaman api,"kata Edi
Petugas SPBU Romi Herton 24306137 Inderalaya Hafiz mengatakan dalam sehari SPBU tempat dirinya bekerja bisa menjual pertamax sebanyak 3ton/hari, pertalite 10ton/hari, dexlite 5ton/hari, solar 7ton/hari. Untuk harga jual sama seperti SPBU lainnya yaitu pertamax Rp 14 300/liter, dexlite Rp17.550/liter, solar Rp6.800/liter dan pertalite Rp10.000/liter
“Rata-rata pendapatan per hari bisa puluhan juta, memang jumlah penjualan pertamax lebih sedikit namun makin hari pertambahan pengguna pertamax dan dexlite cukup signifikan. Banyak masyarakat yang menggunakan pertamax yang mengandung oktan 92 dan tanpa timbal ini. Pengguna pertamax memilih bahan bakar ini meskipun harga sedikit mahal, namun dipercaya lebih irit, mesin tidak mudah panas, lebih bersih dan lebih enteng tarikan mesinnya,”ujar Hafiz
Area Manager Communication, Relation, and CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Tjahyo Nikho Indrawan mengatakan rata-rata penjualan bahan bakar di 7 SPBU OI per hari untuk pertalite 24kiloliter, pertamax 3kiloliter, solar 10kilo liter, dexlite 15kiloliter, sementara untuk SPBU di Sumsel per-harinya dibutuhan suplay ratusan kiloliter bahan bakar. Dikatakannya, kandungan oktan pertalite yaitu 90, kandungan oktan pertamax 92
” Bahan bakar ber-oktan tinggi menjadikan proses pembakaran lebih sempurna sehingga menghasilkan tenaga yang lebih besar. Untuk mesin injeksi perawatan akan lebih mudah karena lubang intake lebih bersih dibanding menggunakan premium. Kompresi yang sempurna akan membuat suara mesin menjadi lebih halus,”katanya
Menurutnya dalam menghasilkan pertamax ditambahkan zat aditif dalam proses pengolahannya, sehingga zat pembakaran dan proses pencampuran bahan bakar dan udara yang masuk ke ruang bakar lebih sempurna dapat menghasilkan tenaga yang lebih besar. Selain itu membuat ruang bakar lebih bersih, untuk mesin injeksi saat melakukan perawatan akan lebih mudah, karena lubang intake lebih bersih
Dikatakan Tjahyo meskipun harga pertamax lebih mahal namun mengandung oktan 92 dan tanpa timbal sehingga menghasilkan gas buang yang lebih ramah lingkungan. Sementara untuk dexlite memiliki Cetane Number (CN) yang lebih besar dari solar. Kandungan dexlite CN 51, sementara solar kandungan CN sebesar 48. Dari segi emisi dexlite lebih baik ketimbang solar yang memiliki kandungan sulfur maksimal 2.500 ppm, sementara dexlite maksimal 1.200 ppm.
Dijelaskannya keunggulan dexlite yaitu rendah sulfur bisa membersihkan mesin, mencegah karat, kontamisasi air dan foaming. "Pendek kata dexlite sangat tepat bagi kendaraan diesel yang menginginkan performa maksimal dan powerful,"jelasnya
Bupati Ogan Ilir Panca Wijaya Akbar mengatakan sangat mendukung masyarakat yang tertarik menggunakan bahan bakar non subsidi seperti dexlite dan pertamax. Bahkan untuk itu bupati mewajibkan semua kendaraan dinas di daerahnya menggunakan bahan bakar kendaraan nonsubsidi hal tersebut sesuai aturan Menteri ESDM No.1 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak ini sudah dikeluarkan dan berlaku sejak 2 Januari 2013.
“Alhamdulillah di Pemkab OI kendaraan dinas memang dilarang menggunakan pertalite ataupun solar yang bersubsidi, jadi kita gunakan pertamax dan dexlite. Apalagi saat ini banyak masyarakat menggunakan bahan bakar non subsidi. Jadi sangat mendukung karena mengurangi beban APBN untuk subsidi bahan bakar. Sehingga dananya bisa disalurkan untuk pembangunan infrastruktur dan fasilitas ekonomi, pendidikan, kesehatan lainnya, “ujar Bupati Panca
Pj Gubernur Sumsel H Agus Fatoni mengatakan penggunaan bahan bakar non subsidi seperti pertamax dan dexlite sebagai wujud menahan laju subsidi BBM dengan mengurangi volume konsumsi. Sehingga Pemerintah Sumsel mengeluarkan aturan yang melarang mobil dinas PNS, BUMN/BUMD, serta TNI/Polri menggunakan BBM subsidi berupa premium dan solar, diganti menjadi bahan bakar non subsidi seperti pertamax, dexlite dan sebagainya. # henny primasari